Di tengah pesatnya modernisasi Karawang, sebuah ruang bernama Lawasan Caraka Resto & Tourism hadir membawa nuansa berbeda. Terletak di Dusun Kedungwowo, Desa Tanjungjaya, Kecamatan Tempuran, tempat ini bukan sekadar restoran. Ia lahir dari keresahan seorang anak muda, Ade Wahyu atau yang akrab disapa Kang Dewa, yang merasa bahwa generasi kini kian jauh dari akar budaya mereka sendiri.
Lawasan Caraka dirancang dengan sentuhan arsitektur Jawa klasik seperti joglo dan limasan, lengkap dengan detail ukiran kayu lawas yang kental dengan nuansa tradisi. Namun suasana lawas itu dipadukan dengan kenyamanan modern, menghadirkan pengalaman bersantap sekaligus wisata budaya yang unik. Lebih dari sekadar kuliner, Lawasan Caraka juga menampilkan galeri budaya, produk kriya, fashion etnik, hingga barang antik yang memberi warna tersendiri bagi pengunjung.
Kang Dewa merintis konsep ini setelah bertahun-tahun menggali inspirasi budaya dari Yogyakarta dan Solo. Dari pengalaman itu, ia membawa pulang filosofi mendalam tentang pentingnya merawat identitas budaya. Baginya, nostalgia bukan langkah mundur, melainkan jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan. Dari lahan seluas tiga hektare yang ia kembangkan, kini sekitar 4000 meter persegi sudah dihidupkan menjadi ruang wisata kuliner dan budaya.
Hadirnya Lawasan Caraka segera menarik perhatian publik. Di media sosial, banyak warganet menyebutnya sebagai “Karawang rasa Yogya”, mengacu pada suasana klasik yang jarang ditemui di kawasan industri ini. Tak sedikit pula yang melihatnya sebagai bentuk perlawanan kreatif terhadap serbuan budaya instan, sekaligus ruang alternatif bagi masyarakat yang merindukan suasana teduh dan sarat makna.
Daya tarik lain yang tak kalah penting adalah sajian kulinernya. Lawasan Caraka menawarkan menu khas nusantara yang diolah dengan cita rasa otentik. Dari gudeg ala Jawa, rawon yang gurih, soto ayam kampung dengan aroma rempah kuat, hingga nasi liwet lengkap dengan lauk pauk tradisional. Bagi pengunjung yang datang berkelompok, tersedia paket bancakan yang disajikan di atas daun pisang, menciptakan suasana makan bersama penuh kebersamaan. Aneka wedang hangat seperti wedang uwuh, jahe, dan kopi tubruk khas Jawa turut menambah pengalaman bersantap yang membumi. Tidak hanya itu, ada pula camilan tradisional seperti pisang goreng, singkong rebus, dan getuk yang menghadirkan rasa nostalgia.
Apresiasi pun datang dari Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Dapil Karawang, Pipik Taufik Ismail. Ia menilai Lawasan Caraka bukan hanya sekadar destinasi kuliner, melainkan wujud nyata dari semangat wirausaha anak muda Karawang yang patut didukung. “Saya melihat Lawasan Caraka sebagai bukti bahwa kreativitas dan keberanian generasi muda bisa melahirkan sesuatu yang membanggakan. Tempat ini bukan hanya menawarkan kuliner, tetapi juga identitas budaya yang harus terus kita rawat,” ujarnya.
Lawasan Caraka hadir sebagai simbol bahwa Karawang tidak hanya dikenal sebagai kawasan industri, tetapi juga mampu melahirkan gagasan kreatif dan destinasi lokal yang bernilai budaya. Dengan menggabungkan kuliner, wisata, dan pelestarian budaya, tempat ini menjadi pengingat bahwa kemajuan bukan berarti melupakan akar, melainkan menumbuhkan identitas dengan cara yang lebih segar dan relevan.