Legislator Muda, Mahasiswa, dan Pertanian: Merajut Ketahanan Pangan di Era Digital

Pertanian selalu menjadi denyut nadi perekonomian Indonesia. Angka-angka terbaru menunjukkan betapa pentingnya sektor ini: pada 2023, pertanian menyumbang sekitar 12,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto nasional dan melibatkan kurang lebih 49 juta orang atau 41 persen dari total angkatan kerja. Itu artinya, hampir separuh tenaga kerja Indonesia masih menggantungkan hidup pada sektor ini. Namun, di balik peran vitalnya, pertanian menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Lahan subur diubah menjadi kawasan industri dan perumahan, iklim makin sulit diprediksi, sementara generasi muda lebih banyak menatap layar gawai ketimbang turun ke sawah.

Situasi itu sangat terasa di Jawa Barat, provinsi yang dikenal sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Karawang, Subang, hingga Indramayu adalah daerah penghasil padi utama. Tetapi setiap tahun, luas sawah produktif terus menyusut, sementara produktivitas cenderung stagnan. Padahal, di era serba digital ini, ada peluang besar untuk menjadikan pertanian lebih efisien, modern, bahkan keren di mata anak muda. Teknologi digital, sensor cerdas, drone, hingga mekanisasi modern bisa jadi jalan keluar untuk menekan kehilangan hasil panen dan meningkatkan kualitas produksi.

Isu-isu itulah yang mengemuka dalam kegiatan Legislator Muda yang digelar Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) pada 27 Agustus 2025. Hadir dalam acara itu, anggota DPRD Jawa Barat Pipik Taufik Ismail, yang memberikan pandangan segarnya tentang peran mahasiswa. Ia menegaskan, mahasiswa bukan hanya penonton atau pengamat, tetapi agen perubahan yang mampu mendorong lahirnya inovasi pertanian. “Mahasiswa bisa menjadi jembatan antara kampus dan sawah, antara teori dan praktik. Mereka bisa menghadirkan riset yang aplikatif sekaligus menyalurkan energi kreatifnya untuk menjadikan pertanian lebih menarik dan berdaya saing,” ujarnya.

Pernyataan itu seolah menjadi undangan terbuka bagi generasi muda untuk ikut ambil bagian dalam masa depan pangan Indonesia. Jika kebijakan, teknologi, dan semangat muda berpadu, pertanian Jawa Barat—dan Indonesia—bisa bertransformasi dari sektor tradisional menjadi sektor unggulan yang kuat, tahan banting, sekaligus menjanjikan.

Leave a Comment